Kehidupan Kolektif
1.
Latar belakang Pranata Sosial
Manusia dalam kesehariannya senantiasa
melakukan tindakan –tindakan interaksi antarindividu yang tidak terhitung
banyaknya. Sebagian terbesar tindakan yang dilakukan adalah berpola, baik yang
berpola secara resmi maupun yang tidak berpola secara resmi. Suatu system
norma khusus yang menata suatu keperluan khusus dari manusia dalam kehidupan
bermasyarakat disebut dengan Pranata.
Di antara kita mungkin sudah ada yang
telah mengenal apa itu pranata sosial, Pranata sosial merupakan wadah yang
memungkinkan untuk berinteraksi menurut pola prilaku yang sesuai dengan norma
yang berlaku di sekitarnya. Namun manusia dapat melakukan banyak aktivitas atau
berinteraksi dengan individu-individu. Manusia selalu dapat
melakukan banyak tindakan antar individu dalam rangka hidup bermasyarakat.
PRANATA
SOSIAL
Pranata sosial
adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat kepada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat.
Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang
mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono
Soekanto. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai
tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan kata lain, pranata sosial merupakan kumpulan norma
(sistem norma) dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
Secara umum, pranata sosial mempunyai beberapa fungsi.
Berikut ini
fungsi-fungsi pranata sosial.
a. Memberikan
pedoman kepada anggota masyarakat dalam hal bertingkah laku dan bersikap dalam
menghadapi masalah
kemasyarakatan.
b. Menjaga
keutuhan dan integrasi masyarakat.
c. Memberikan
pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, artinya
sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku
anggota-anggotanya.
Selain fungsi umum tersebut, pranata sosial memiliki dua fungsi besar yaitu fungsi manifes (nyata) dan fungsi laten (terselubung).
Selain fungsi umum tersebut, pranata sosial memiliki dua fungsi besar yaitu fungsi manifes (nyata) dan fungsi laten (terselubung).
a. manifes adalah
fungsi pranata sosial yang nyata, tampak, disadari dan menjadi harapan sebagian
besar anggota masyarakat. Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai fungsi
reproduksi yaitu mengatur hubugnan seksual untuk dapat melahirkan
keturunan.
b. Fungsi laten
adalah fungsi pranata sosial yang tidak tampak, tidak disadari dan tidak
diharapkan orang banyak, tetapi ada. Misalnya dalam pranata keluarga mempunyai
fungsi laten dalam pewarisan gelar atau sebagai pengendali sosial dari perilaku
menyimpang.
Meskipun pranata sosial merupakan sistem norma, tetapi pranata sosial yang ada
di masyarakat memiliki ciri serta kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan
norma sosial. Adapun ciri-ciri atau karakteristik pranata sosial adalah
meliputi hal-hal berikut ini.
a. Memiliki
Lambang-Lambang /
Simbol
Setiap pranata
sosial pada umumnya memiliki lambang-lambang atau simbol-simbol yang ter-wujud
dalam tulisan, gambar yang memiliki makna serta menggambarkan tujuan dan fungsi
pranata yang bersangkutan. Contoh cincin pernikahan sebagai simbol dalam
pranata keluarga, burung garuda merupakan simbol dari pranta politik negara
Indonesia.
b. Memiliki Tata
Tertib dan Tradisi
Pranata sosial
memiliki aturan-aturan yang menjadi tata tertib serta tradisi-tradisi baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang akan menjadi acuan serta pedoman bagi
setiap anggota masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya dalam pranata
keluarga seorang anak wajib bersikap hormat kepada orang tua, namun tidak ada
aturan tertulis yang baku tentang deskripsi sikap tersebut. Sementara itu dalam
pranata pendidikan ada aturan-aturan tertulis yang wajib dipatuhi semua warga
sekolah yang tertuang dalam tata tertib sekolah.
c. Memiliki Satu
atau Beberapa Tujuan
Pranata sosial
mempunyai tujuan yang disepakati bersama oleh anggota masyarakat. Tujuan
pranata sosial kadang tidak sejalan dengan fungsinya secara keseluruhan.
Contoh: Pranata ekonomi, antara lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
d. Memiliki Nilai
Pranata sosial
merupakan hasil pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku dari sekelompok
orang atau anggota masyarakat, mengenai apa yang baik dan apa yang seharusnya
dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian pranata sosial terdiri
atas adat istiadat, tradisi atau kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lain
yang secara langsung maupun tidak langsung bergabung dalam suatu fungsi,
sehingga pranata sosial tersebut mempunyai makna atau nilai di dalam masyarakat
tersebut. Contoh tradisi dan kebiasaan dalam pranata keluarga adalah sikap
menghormati atau sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua.
e. Memiliki Usia
Lebih Lama (Tingkat Kekekalan Tertentu)
Pranata sosial pada umumnya
memiliki umur lebih lama daripada umur manusia. Pranata sosial pada umumnya
tidak mudah berganti atau berubah. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya
pranata sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pranata sosial yang
telah diterima akan melembaga pada setiap diri anggota masyarakat dalam jangka waktu
relatif lama sehingga dapat di-tentukan memiliki tingkat kekekalan tertentu.
f. Memiliki Alat
Kelengkapan
Pranata sosial dan memiliki sarana dan prasarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Misalnya mesin produksi pada sebuah pabrik merupakan sarana dalam
pranata ekonomi untuk menghasilkan barang.
Menurut Koentjaraningrat, 1986, semua pranata
dapat di klaskan delapan golongan, yaitu:
· Kinship (Domestic Institutions) ialah pranata yang berfungsi untuk
memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan.
Contoh:
perkawinan, tolong-menolong antar kerabat, pengasuhan kanak-kanak, sopan santun
pergaulan antar kerabat.
· Economic Institutions ialah pranata yang berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencarian hidup, memproduksi,
menimbun, menyimpan, mendistribusikan hasil produksi dan harta.
Contoh:
pertanian, perternakan, pemburuan, feodaisme, industry, barter, koperasi.
· Educational Institutions ialah pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota
masyarakat yang berguna.
Contoh:
pengasuhan kanak-kanak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, pemberantasan buta huruf.
· Scientific Institutions ialah pranata yang berfungsi
memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta sekililingnya.
Contoh:
metodologi ilmiah penelitian, pendidikan ilmiah.
· Aesthetic and Recreational Institutions ialah Pranata
yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mehayatkan rasa keindahannya
dan untuk rekreasi.
Contoh: seni
rupa, seni suara, seni garak, seni dram.
· Religious Institutions ialah Pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan berbakti kepada tuhan
atau dengan alam gaib.
Contoh:
doa, kenduri, upacara, bertapa, ceramah, ilmu gaib.
· Political Institutions ialah Pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan manusia untuk mengantar dan mengelola keseimbangan kekuasaan
dalam kehidupan masyarakat, adalah.
Contoh: pemerintahan,
demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan dan sebagainya.
·
Somatic Intitutions ialah pranata yang berfungsi memenuhi
keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia.
Contoh:
pemeliharaan
kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran.
Pranata sosial
pada dasarnya adalah sistem norma yang mengatur segala tindakan manusia dalam
memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup bermasyarakat. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, pranata sosial di masyarakat mempunyai beberapa fungsi.
Fungsi-fungsi pranata tersebut terwujud dalam setiap macam pranata yang ada di
masyarakat.
Adapun
macam-macam pranata sosial yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
antara lain pranata keluarga, pranata agama, pranata ekonomi, pranata pendidikan,
dan pranata politik.
a. Pranata
Keluarga
Pranata keluarga adalah bagian dari pranata sosial yang meliputi lingkungan
keluarga dan kerabat. Pembentukan watak dan perilaku seseorang dapat
dipengaruhi oleh pranata keluarga yang dialami dan diterapkannya sejak kecil.
Bagi masyarakat, pranata keluarga berfungsi untuk menjaga dan mempertahankan
kelangsungan hidup masyarakat.
b . Pranata
Agama
Agama adalah
ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa serta mencakup pula tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Jika dilihat
dari sudut pandang sosiologi, agama memiliki arti yang lebih luas, karena
mencakup juga aliran kepercayaan (animisme atau dinamisme) yang sebenarnya
berbeda dengan agama.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat penganut agama. Berbagai jenis agama dan kepercayaan tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu pranata, yaitu norma yang mengatur hubungan antarmanusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan Tuhannya sehingga ketenteraman dan kedamaian batin dapat dikembangkan.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat penganut agama. Berbagai jenis agama dan kepercayaan tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu pranata, yaitu norma yang mengatur hubungan antarmanusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan Tuhannya sehingga ketenteraman dan kedamaian batin dapat dikembangkan.
c . Pranata
Ekonomi
Secara umum, ekonomi diartikan sebagai
cabang ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang
serta kekayaan (seperti halnya keuangan, perindustrian, dan perdagangan). Dalam
hal ini, ekonomi diartikan sebagai tata tindakan dalam memanfaatkan uang,
tenaga, waktu, atau barang-barang berharga lainnya.
Pranata ekonomi merupakan bagian dari pranata sosial yang mengatur kegiatan ekonomi, seperti produksi, distribusi, dan konsumsi barang/jasa yang dibutuhkan manusia. Pranata ekonomi ada dan diadakan oleh masyarakat dalam rangka mengatur dan membatasi perilaku ekonomi masyarakat agar dapat tercapai keteraturan dan keadilan dalam perekonomian masyarakat. Pranata ekonomi muncul sejak adanya interaksi manusia, yaitu sejak manusia mulai membutuhkan barang atau jasa dari manusia lain. Bentuk paling sederhana dari pelaksanaan pranata ekonomi adalah adanya sistem barter (tukar menukar barang). Akan tetapi, untuk kondisi saat ini, sistem barter telah jarang digunakan dan sulit untuk diterapkan. Secara umum, peran-peran pranata ekonomi dapat dibedakan atas peran pranata ekonomi produksi, peran pranata ekonomi distribusi, dan peran pranata ekonomi konsumsi.
Pranata ekonomi merupakan bagian dari pranata sosial yang mengatur kegiatan ekonomi, seperti produksi, distribusi, dan konsumsi barang/jasa yang dibutuhkan manusia. Pranata ekonomi ada dan diadakan oleh masyarakat dalam rangka mengatur dan membatasi perilaku ekonomi masyarakat agar dapat tercapai keteraturan dan keadilan dalam perekonomian masyarakat. Pranata ekonomi muncul sejak adanya interaksi manusia, yaitu sejak manusia mulai membutuhkan barang atau jasa dari manusia lain. Bentuk paling sederhana dari pelaksanaan pranata ekonomi adalah adanya sistem barter (tukar menukar barang). Akan tetapi, untuk kondisi saat ini, sistem barter telah jarang digunakan dan sulit untuk diterapkan. Secara umum, peran-peran pranata ekonomi dapat dibedakan atas peran pranata ekonomi produksi, peran pranata ekonomi distribusi, dan peran pranata ekonomi konsumsi.
d . Pranata
Pendidikan
Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan. Di
Indonesia, pendidikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan sekolah
(pendidikan formal) dan pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal). Pada
perkembangannya, ada beberapa ahli sosiologi yang menambahkan satu golongan
pendidikan lagi, yaitu pendidikan yang diperoleh melalui pengalaman atau
kehidupan sehari-hari (pendidikan informal).
Pranata pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mampu mencari nafkah hidup saat ia dewasa kelak. Persiapan-persiapan yang dimaksud, meliputi kegiatan dalam:
Pranata pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mampu mencari nafkah hidup saat ia dewasa kelak. Persiapan-persiapan yang dimaksud, meliputi kegiatan dalam:
a) meningkatkan
potensi, kreativitas, dan kemampuan diri;
b) membentuk
kepribadian dan pola pikir yang logis dan sistematis
c) mengembangkan
sikap cinta tanah air.
e . Pranata
Politik
Politik adalah
pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, meliputi segala urusan dan
tindakan atau kebijakan mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
Di dalam hal ini, yang dimaksud politik adalah semua usaha dan aktivitas
manusia dalam rangka memperoleh, menjalankan, dan mempertahankan kekuasaan
dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
negara.
Pranata
politik adalah serangkaian peraturan, baik tertulis ataupun tidak tertulis yang
berfungsi mengatur semua aktivitas politik dalam masyarakat atau negara. Di
Indonesia, pranata politik tersusun secara hierarki, berikut ini.
a) Pancasila
b) Undang-Undang
Dasar 1945
c) Ketetapan
MPR
d) Undang-Undang
e) Peraturan
Pemerintah
f) Keputusan
Presiden
g) Keputusan
Menteri
h) Peraturan
Daerah
TABEL III
PERBEDAAN ANTARA LEMBAGA DAN PRANATA
LEMBAGA,
INSTITUTE, ORGANISASI
|
PRANATA ,
INSTITUTION
|
INSTITUT
TEKNOLOGI BANDUNG
|
PENDIDIKAN
TEKNOLOGI
|
INSTITUT
AGAMA ISLAM
|
PENDIDIKAN
AGAMA
|
LEMBAGA
EKONOMIDAN KEMASYARAKATAN NASIONAL
|
PENILITIAN
MASYARAKAT
|
KOMPAS,
PENERBIT
|
JURNALISTIK
|
DEPARTEMEN
HANKAM
|
KEAMANAN
NEGARA
|
DIVISI
SILIWANGI
|
PERANG
|
PSSI
|
OLAHRAGA
SEPAKBOLA
|
Jumlah pranata
dalam masyarakat selalu bertambah, terutama dalam maasyarakat yang sedang
berkembang, oleh karena itu berrda dalam keadaan transisi dari masyarakat
agrarian ke masyarakat industry. Untuk tiap individu dalam masyarakat ada dua
macam kedudukan, yaitu kedudukan yang dapat di peroleh dengan usaha, golongan
yang pertama disebut kedudukan tergariskan, dan yang kedua disebut kedudukan
yang diusahakan.
INTEGRASI
MASYARAKAT
Struktur
social dalam hal menganalisa seorang peneliti memerinci kehidupan masyarakat
itu ke dalam unsurnya yaitu pranata, kedudukan social dan peranan social,
walaupun demikian tujuan si peneliti adalah untuk kemudian mencapai pengertian
mengenai prinsip-prinsip kaitan berbagai unsure masyarakat.
Konsep social
structure pertama kali di kembangkan oleh seorang tokoh dalam ilmu antropologi
yaitu A.R. Radciiffe Brown. Sarjana antropologi inggris ini hidup diantara
1881-1955, yang diantara lain pernah melakukan penelitian diantara orang-orang
pygmee di kepulauan adaman di teluk bagali disebelah sumatera.
Dasar
pikirannya mengenai struktur social itu secara singkat adalah seperti yang
terurai dibawah ini:
1. Pusat dari
penelitian masyarakat dimuka bumi ini, serupa dengan penelitian ilmu kimia yang
memusatkan perhatianterhadap susunan hubungan antara individu-individu yang
menyebabkan adanya berbagai sisitem masyarakat.
2. Struktur dari
suatu masyarakat itu mengendalikan tindakan individu dalam masyarakat, tetapi
tidak nampak oleh seorang peneliti dengan sekejap pandangan dan harus
diabstrakkan secara induksi dari kenyataan kehidupan masyarakat yang komplek.
3. Hubungan
interaksi antar individu dalam masyarakat adalah hal yang konkret yang dapat
diobservasi dan dapat dicatat.
4. Dengan
struktur social itu seorang paneliti kemudian kemudia ddapat mengelami latar
belakang seluruh kehidupan suatu masyarakat.
5. Untuk
mempelajari struktur social masyarakat di perlukan suatu penelitian dilapangan,
dengan mendatangi sendiri suatu masyarakat manusia yang hidup terikat oleh
suatu desa, suatu bagian kota besar, suatu kelompok berburu.
Pimpinan Masyarakat
Seorang
pemimpin juga mempunyai pengesahan resmi atau legimasi menurut suatu prosedur
yang telah ditetapkan oleh adat-istiadat atau hukum masyarakat yang
bersangkutan, memegang wewenang untuk memimpin secara resmi. Pimpinan
memerlukan tiga unsure penting untuk dapat menjalankan kewajibannya dengan
memuaskan, yaitu :
1. Kekuasan atau power
2. Kewibawaan atau authorithy
3. Popularitas
Dari sudut hubungan antar manusia,
maka hubungan antara pimpinan dan yang dipimpin termasuk macam hubungan yang
dalam ilmu sosiologi disebut hubungan asimetris.
Sifat –sifat pemimpin ialah :
1. Sifat-sifat yang disenangi oleh masyarakat
pada umumnya.
Seseorang
yang mempunyai sifat-sifat yang disenangi orang adalah seorang yang popular.
Sifat itu penting untuk seorang pemimpin karena sifat disenangi oleh orang
banyak itu dapat menjadi pangkal untuk mendapat pengikut yang besar. Seorang
pemimpin yang mempunyai sifat-sifat yang dicita-citakan orang banyak, juga
seorang yang popular, namun keadaanya agak berbeda dengan seorang pemimpin yang
hanya mempunyai sifat-sifat yang pertama.
2. Sifat-sifat yang menjadi cita-cita dari banyak
warga masyarakat dank arena itu suka ditiru.
Seorang pemimpin
yang mempunyai sifat-sifat yang dicita-citakan orang banyak,juga seorang yang
popular, namum keadaanya agak berbeda dengan seorang pemimpin yang hanya
mempunyai sifat-sifat yang pertama. Seorang pemimpin juga mempunyai pengesahan
resmi atau legitimasi menurut suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh adat
istiadat atau hukum dalam masyarakat yang bersangkutan, memegang wewenang untuk
memimpin secara resmi. Seorang pemimpin juga mempunyai pengesahan resmi atau
legitimasi menurut suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh adat istiadat atau
hukum dalam masyarakat yang bersangkutan, memegang wewenang untuk memimpin.
3. Keahlian yang diperlukan dan diakui oleh warga
masyarakat
4. Pengesahan resmi dan keabsahan menurut
prosedur yang telah ditetapkan oleh adat masyarakat yang bersangkutan
5. Sifat keramat menutut pandangan umum dalam
masyarakat
6. Lambang-lambang pimpinan resmi yang telah
ditentukan oleh adat dalam masyarakat
7. Kemampuan untuk mempergunakan kekuatan fisik
yang nyata.
Seseorang
yang mempunyai sifat-sifat yang disenangi orang adalah seorang yang popular.
Sifat itu penting untuk seorang pemimpin karena sifat disenangi oleh orang
banyak itu dapat menjadi pangkal untuk mendapat pengikut yang besar.Seorang
pemimpin yang mempunyai sifat-sifat yang dicita-citakan orang banyak,juga
seorang yang popular, namum keadaanya agak berbeda dengan seorang pemimpin yang
hanya mempunyai sifat-sifat yang pertama.
Seorang pemimpin yang mempunyai
sifat-sifat yang dicita-citakan orang banyak,juga seorang yang popular, namum
keadaanya agak berbeda dengan seorang pemimpin yang hanya mempunyai sifat-sifat
yang pertama. Seorang pemimpin juga mempunyai pengesahan resmi atau legitimasi
menurut suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh adat istiadat atau hukum
dalam masyarakat yang bersangkutan, memegang wewenang untuk memimpin secara
resmi. Seorang pemimpin juga mempunyai pengesahan resmi atau legitimasi menurut
suatu prosedur yang telah ditetapkan oleh adat istiadat atau hukum dalam
masyarakat yang bersangkutan, memegang wewenang untuk memimpin.
Bentuk-bentuk Pimpinan dalam
Masyarakat Kecil
Pimpinan kadang kala. Pimpinan ini ada
dalam masyarakat band-band berburu yang kecil. Contohnya band-band suku bangsa
Indian Cree dibagian utara Britist Columbia, kanada utara. Kelompok kecil ini
dalam musim berburuterdiri dari keluarga luas patrilokal.Ada juaga kelompok
band-band besar, yang dimana pada musim tertentu mengelompok menjadi besar
untuk mencari ikan di tepi sungai.Band kecil yang terpencar dalam daerah
berburuh dan tidak mempunyai seorang pemimpin, karena jumlah band-band ini
kecil.Apabila ada hal-hal yang dianggap penting, seperti kelahiran, perburuan
atau perikanan maka orang yang dianggap penting itulah yang memimpin upacara
tersebut. Kalau dari band-band kecil tidak ada yang bias melakukan upacara
tersebut maka akan meminta bantuan ke band-band yang lain.
Pimpinan juga
sering dibutuhkan dalam peperangan.
Apabila ada oaring yang dalam satu band atau band yang lain dengan alas
an wanita, milik, warisan dan lain-lain maka untuk memecahkan pertengkaran itu
sering diminta bantuan perantaraan dari band yang lain.dengan demikian orang
Indian Cree, hidup dalam masyarakat tanpa pemimpin.
Pimpinan terbatas,
Ada pula suku-suku bangsa berburu
yang tidak hanya mempunyai pimpinan kadangkala saja, kalau kebutuhan mendesak
dan juga tidak hanya pemimpin khusus untuk soal tertentu.Tetapi mereka
mempunyai seseorang pemimpin yang tetap walaupun lapangan kewibawaannya amat
terbatas. Contoh suku bangsa berburu adalah suku bangsa tindiga yang ttinggal
didaerah danau Eyasi Tanganyika, Afrika Timur.kelompok band Tandiga semacam ini
mempunyai pemimpin yang tetap, yang kedudukannya diwariskan secara patrilinial
dari keluarga inti dari band. Sungguhpun pemimpin adalah orang yang mempunyai
kewibawaan resmi berdasrkan keturunan, tetapi ia rupa-rupanya tidak mempunyai
kedudukan yang menyolok lebih dari yang lain, dan iapun rupa-rupanya hanya
seorang primus inter paris saja dengan fungsi pimpinan terbatas. Dan
rupa-rupanya ada orangf lainyang dituruti berdasrkan keahliannya dalam
urusan-urusan itu.Banyak diatara suku bangsa berternak juga mempunyai pimpinan
terbatas sperti pada suku bangsa berburu.Contoh bangsa beternak Nuer ialah
Bahru’l Ghazi dan Bahru’l Jabl.Kelompok band ini yang sering berubah komposisi
tiap musim berburuh, biasanya tidak mempunyai pemimpin tertentu. Pimpinan
pengembala ini sering juga timbul waktu ada serangan band lain yang hendak
memperluas padanh wilahnya pengembalaannya atau yang hendak mencari ternak. Ada
juaga kampong-kampung yang dijadikan pertanian, pekarangan dengan suatu
kompleks rumah kecil.Dalam band ini juga tertanam gotong royong yang tinggi.
Syarat untuk menjadi tokoh serupa itu adalah memiliki sifat yang sesuai dengan
norma dan nilai yang digemari oaring Nuer umumnya.
Pimpinan Mencakup
Masyarakat desa menetap, baik
yang berdasarkan bercocok tanam di ldang, maupun bercocok tanm menetap,
biasanya mempunyai pimpinan yng mencakup tidak hanya lapangan-lapangan yang
terbatas saja, tetapi sebagian besar dari lapangan kehidupan masyarakat.Suatu pimpinan
serupa itu byasanya didukung oleh suatu kewibawaan dengan tanda-tanda yang
resmi.Walaupun mereka biasanya dipilih oleh penduduk asli dari desa atau oleh
suatu dewan desa. Demikian misalnya pada suku bangsa Atoni Pah Meto di timur
barat, kepala adat di desa ialah temukung dan para amnais dipilih
oleh penduduk desa tetapi dari beberapa ume tertentu. Adapun mengenai
lambang-lambang pmpinan, pemimpin-pemimpin dalm masyarakat desa di Indonesia
sering juga dilengkapi dengan benda-benda pusaka. Benda-benda itu dalam
kebdayaan dari banyak suku bangsa di Indonesia berupa senjata-senjata pusaka,
seperti keris dan tombak, alat bunyi-bunyian seperti ging, gendereng atau
gamelan suci dan biasanya juga paying pusaka.
Disamping syarat-syarat adapt
yang memberi kewibawaan untuk menduduki pmpinan, pemimpin adat tentu juga
sebaliknya mempunyai sifat-sifat memimpn yang laindan bisa menambah wibawahnya
dan daya kekuatanny yang nyata.di sebaia desa di Indonesia dan rupa-rupanya
juga di banyk masyarakat yang lain di dunia, sifat-sifat pemimpin yang penting
adalah sifat-sifat yang digemari oleh mereka seperti misalnya kekayaan yang
dapat ditunjukkan dengan rumah yang besar, perabot yang bagus dan kemurahan
hati dalam menjamu tamu.
Di Indonesia seperti banyak
masyarakat lain juga di dunia ada suatu sifat pemimpin yang rupa-rupanya amat
di hargai ialah pandi berpidato. Kita mudah menerti bagaimana suatau sifat
seperti tu dapat mempengaruhi atau menyakinkan orang lain untuk menuruti
kehendaknya.
Pemimpin Pucuk
Pemimpin serupa itu yang dalam
kitab-kitab antropologi serin disebut paramount chief, biasaya meliputi lebih
dari satu community kecil.wilayah kuasa mereka tidak hanya terbatas kepada satu
desa tetapi suatu wilayah luas dengan banyak desa. Suatu pimpinan pucuk adalah
sebenarnya juga pmpnn mencakup, tetapi yang lebih luas dan kompleks.
Sifat-sifat pemimpin yang harus
dimiliki oleh pemimpin serupa itu adaah basanya sama dengan pemimpin dengan
pemimpin mencakup yang sebagai pemimpin resmi memiliki tanda-tanda pimpinan
yang ditentukan oleh adat, ialah keanggotaan dalam suatu kelompok kekerabtan
yang dianggap tertinggi dan memegang lambang-lambang pimpinan yang berupa
benda-benda puska yang suci.
Semua zaman purba rupa-rupanya
terjadi melalui proses yang telah terurai diatas ialah sebuah desa atau daerah
yang karena sesuatu hal tertentu menjadi kaya dan berkuasa sehingga bisa
menkklkkan dan memperluas pengaruhnya atas daerah-daerah dan desa lain.
Di Indonesia kepala-kepala
swapraja dalam zaman sebelum perang dunia ke II oleh rakyat mereka
masing-masing sering juga dianggap sebagai tokoh-tokoh yang sakti.sifat sakti
dan pantangan mendekati bgi sembarang orn menyebabkan bahwa pemimpin pucuk itu
seringkali jauh dari rakyatnya. Desa-desa atau daerah-daerah yang letaknya
dekat dari pusat pimpinan pucuk ialah sebuah kota istana, tempat raja hidup
dengan pejabat–pejabatnya.
Sistem – Sistem Pengendalian Sosial
Arti faham
kehidupan suatu masyarakat dalam garis besarnya menurut suatu kompleks tata
kelakuan yang kita sebut adat istiadat. Kompleks tata kelakuan atau adat
istiadat itudalam praktek berupa cita-cita, norma-norma, pendirian,
kepercayaan, sikap, aturan, hukum, undang-undang, dsb., yang mendorong kelakuan
manusia. Adat istiadat dalam suatu masyarakat difahami dengan belajar oleh para
individu warga masyarakat, satu demi satu, lambat lau, teruus menerus, mulai
saat sesudah mereka dilahirkan sampai masa mereka hampir meninggal.
Tiga proses sosial ialah:
a) ketegangan sosial antara adat istiadat dan
keperluan-keperluan individu,
b)ketegangan sosial yang terjadi karena pertemuan
keperluan-keperluan antara golongan
khusus.
c) ketegangan sosial yang terjadi karena kaum deviants yang
dengan sengaja menentang tata
kelakuan, itu semua butuh pengendalian.
Sistem-sistem yang dengan segala macam cara beruasaha untuk
mengendali ketegangan-ketegangan sosial yang terjadi karena ketiga gerakan atau
proses sosial tersebut diatas, sistem-sistem itulah yang disebut sistem-sistem
pengendalian sosial atau sistem-sistem social control.
Cara pengendalian sosial.
Pengendalian ketegangan-ketegangan sosial bisa dilakukan dengan berbagai
macam cara yang dapat digolongkan menjadi paling sedikit lima goloongan, ialah:
a. Mempertebal
keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat;
b. Memberi
ganjaran kepada warga masyarakat yang biasanya taat kepada adat istiadat
c. Mengembangkan
rasa malu dalam jiwa warga masyarakat yang menyeleweng dari adat istiadat
d.
Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga
masyarakat yang hendak menyeleweng dari adat istiadat dengan ancaman-ancaman
dan kekerasan.
0 comments:
Post a Comment