Sejarah Jurnalistik

by 10:18 PM 0 comments

SEJARAH JURNALISTIK DI DUNIA DAN SEJARAH JURNALISTIK DI INDONESIA


SEJARAH JURNALISTIK DI DUNIA
Jurnalistik adalah proses penulisan berita dan penyebaran berita pada masyarakat di media online maupun di media cetak. Kata jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Romawi “diurna”.


Sejarah Jurnalistik pada zaman Romawi Kuno

Perkembangan Jurnalistik pada zaman Romawi Kuno dimulai pada masa kekuasaan Julius Caesar (100-44SM). Pada masa itu terdapat papan pengunguman seperti berita publik, catatan proses dan keputusan hukum digunakan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat dan informasi yang lainnya termasuk kelahiran, pernikahan dan kematian orang yang memiliki kasta yang tinggi Romawi. Acta diurna sendiri dikelilingi ukiran batu.

Acta Diurna sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Diurnal yang berarti harian. Sehingga Acta diurna adalah berita harian yang. Bisa dibilang bahwa Acta Diurna adalah cikal bakal perkembangan Jurnalistik di Dunia dan Julius Caesar disebut sebagai “Bapa Pers Dunia”. Namun ternyata sebelum adanya Acta diurna pada awal kerajaan Romawi raja Imam Agung telah memerintahkan pencatatan setiap kejadian penting pada “Annals” yaitu papan tulis yang digantung di beranda rumah, jadi setiap orang yang melewati rumah akan membaca catatan itu dan mengetahui informasi yang ada dalam “Annals” tersebut.

Acta Diurna
Pada Masa Julius CaesarActa Diurna” juga digunakan untuk memberitahu masyarajat hasil sidang dan keputusan keputusan yang diambil dalam senat. Hasil sidang itu akan di pajang di pusat kota yang disebut “Forum Romanium”. Yang membedakan proses jurnalistik saat itu dan saat ini yaitu. Saat adanya Acta Diurna justru para narasumber yang akan datang untuk memberikan informasi yang akan dipasang di Acta Diurna. Beda pada saat ini dimana para jurnalis yang berlomba untuk mencari narasumber untuk mendapatkan suatu berita. Namun karena makin banyak narasumber yang memberikan informasi pada Acta Diurna, seolah para pencatat Acta Diurna yang disebut Diurnarii berlomba untuk mendapatkan berita mulai dari keliling kota Roma sampai luar kota Roma. Namun perkembangan Jurnalistik di Romawi sempat berhenti saat kerajaan Romawi runtuh dan Eropa mulai masuk dalam “Dark Ages”.






Penemuan Kertas


  • Cina

    Sebelum ditemukan nya kertas untuk menulis, pada awalnya orang Mesir kuno menggunakan batang pohon, kulit hewan, piringan dan beragam material untuk mencatat sesuatu. Dan pada akhirnya Cina pada menemukan cara bagaimana membuat kertas, orang orang Cina terinspirasi dari proses penggulungan sutra dan orang cina menemukan bahan untuk membuat kertas yang disebut “bo”. Bo sendiri terbuat dari sutra yang sangat jarang ditemukan maka pada awal pembuatan nya kertas sendiri merupakan barang langka yang jarang dibuat. Pada 105 AD pada masa Dinasti Han pejabat Cina Cai lun telah menemukan kertas yang terbuat dari kulit murbei, kain. Kertas ini cukup mudah dibuat, ringan dan cocok untuk digunakan dengan kuas. Cara pembuatan kertas ala Cai Lun ini dengan merendam kulit murbei dan dipukul pukul sehingga serat nya lepas, direndam juga kain bekasi, jala ikan lalu setelah itu ditekan hingga tipis dan dijemur. Lalu jadilah kertas yang pasti mutu nya belum sebagus sekarang. Pada tahun 105 Cai Lun pernah menulis catatan pembuatan kertas itu dengan menggunakan kertas yang ia buat pada Kaisar Han. Dari penemuan itu akhirnya tersebar ke negara Asia yang lainnya seperti Jepang dan Korea.


Pada tahun 751 saat pasukan Tang kalah perang dengan Arab, orang Arab menangkap orang cina, dari sebagian orang Cina yang ditangkap mengajarkan orang arab bagaimana cara membuat kertas dan begitulah tersebarnya proses pembuatan kertas di Arab.


  • Arab

    Pemakaian kertas di Arab bermula pada masa Abbasiyah saat Pasukan Dinasti Han kalah pada Arab dalam pertarungan River Talas, dari situ banyak orang cina yang ditangkap dan dijadikan sebagai tawanan perang dan mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang Arab sehingga pada zaman itu mulai bermunculan industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand. Perkembangan kertas di Arab sempat terhenti karena tidak ada kulit pohon murbei di negeri Arab. Akhirnya orang Arab pun mencari cara untuk membuat kertas selain menggunakan kulit murbei yaitu dengan menggunakan kulit pohon linen. Cara pembuatan nya yaitu dengan mengeringkan lembaran kulit pohon Linen di bambu dan menambahkan pemutih agar mempermudah pemotongan kulit pohon linen. Setelah itu digunakan palu besar untuk menggiling bahan yang akan dihaluskan. Namun setelah itu orang Arab menggunakan proses pemotongan kertas dengan kanji gandum yang dapat menghasilkan permukaan kertas yang cocok untuk ditulis dengan tinta.
  • Barat

    Bangsa barat baru mengenal kertas beberapa ratus tahun setelah orang Arab menggunakan. Pabrik kertas pertama di Eropa di bangun pada 1276 M di Italia. Bangsa barat mempelajari cara membuat kertas setelah kristen menginvasi Spanyol islam. Setelah kejayaan Islam reduo, Akhirnya Barat mendominasi Industri kertas. Dokumen kertas tertua yaitu Mozarab Misa dari abad ke 11, kertas dibuat dengan menggunakan kulit pohon linen
Penemuan Mesin Cetak


Walaupun kertas pertama kali ditemukan cara pembuatan di Cina namun proses penemuan mesin cetak pertama kali ditemukan oleh bangsa barat Johann Gutenberg (1400-1468). Terdapat 4 komponen yang dikembangkan Gutenburg yaitu pembuatan huruf cetak bergerak yang dapat menjaga huruf- huruf tersebut tetap ada di posisinya, penggunaan jenis tinta dan bahan yang cocok. Penggunaan bahan yang digunakan Gutenburg adalah kertas itu adalah satu satunya bahan yang dapat digunakan dalam mesin cetak.

Surat Kabar Jerman


Keberadaan mesin cetak memicu barat untuk membuat surat kabar pertamanya yang dapat memuat banyak informasi. Pada tahun 1609 diterbitkan prototipe pertama surat kabar eropa yang rutin terbit di Bremen, Jerman bernama Aviso di Wolfenbuttel dan Relation. Setelah terbitnya surat kabar tersebut mulai bermunculan lah surat-surat kabar di berbagai negara. 

Surat Kabar Inggris


Pada tahun 1690 surat kabar “public Occurrenses both Foreign and Domestic” diterbitkan oleh Benjamin Harris seseorang berkebangsaan inggris namun baru sekali diberitakan surat kabar tersebut langsung dicabut penyebaran nya karena tidak sesuai dengan visi misi pemerintah saat itu.


Pulitizer Awards

Pulitizer Awards adalah salah satu penghargaan tertinggi dalam bidang jurnalisme di Amerika Serikat. Penghargaan pulitizer awards pertama kali diberikan pada tanggal 4 juni 1917. Penghargaan ini diberikan dalam berbagai macam kategori yang berhubungan dengan jurnalisme.


Yellow Jurnalism adalah jurnalisme kuning berasal dari nama tokoh komik berwarna Hogan Alley. Komik ini menggambarkan kehidupan penghuni rumah petak di new york dengan tokoh kelinci yang selalu tersenyum. Maksud dari penggambaran komik ini dengan yellow journalism adalah pada saat itu banyak surat kabar menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan pembaca dengan tidak mematuhi kaidah jurnalistik dan kode etik yang berlaku dengan menggunakan kata kata yang vulgar. 

Sejarah jurnalistik di mulai pada masa Romawi kuno, pada masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM). Pada waktu itu, ada acta diurna berisi hasil uji coba semua, peraturan baru, keputusan senat dan informasi penting lainnya yang dipasang di pusat kota yang disebut Stadion Romawi atau “Forum Romanum”. 

Surat kabar pertama diterbitkan di Cina pada tahun 911, Pau Kin. Koran ini dimiliki oleh pemerintah ketika masa Kaisar Quang Soo. Tidak berbeda dalam Age of Caesar, Kin Pau mengandung berita keputusan, pertimbangan dan informasi lain dari Istana. Pindah ke Jerman, tahun 1609, penerbitan surat kabar pertama bernama Avisa Relation Order Zeitung. Pada 1618, surat kabar tertua di Belanda bernama Coyrante uytItalien en Duytschland. Surat kabar pertama di Inggris diterbitkan pada 1662 bernama Oxford Gazette (later the London) dan diterbitkan terus menerus sejak pertama kali muncul. Surat kabar pertama di Perancis, the Gazette de France, didirikan pada tahun 1632 oleh raja Theophrastus Renaudot (1.586-1.653), dengan perlindungan Louis XIII. Semua surat kabar yang terkena sensor prepublication, dan menjabat sebagai instrumen propaganda untuk monarki.

Industri surat kabar mulai menunjukkan kemajuan yang luar biasa ketika budaya membaca di masyarakat semakin meluas. Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, di mana industri surat kabar diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa meningkatkan kinerja untuk memenuhi permintaan publik akan berita. 

Pada pertengahan 1800-an bisnis berita mulai berkembang. Organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Pasalnya, para pengusaha surat kabar dapat lebih menghemat pengeluarannya dengan berlangganan berita kepada kantor-kantor berita itu daripada harus membayar wartawan untuk pergi atau ditempatkan di berbagai wilayah. Kantor berita yang masih beroperasi hingga hari ini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis). 

Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst. Ciri khas jurnalisme kuning adalah pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu “meningkatkan penjualan!”.

Jurnalisme kuning tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai profesi.

Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme professional.


SEJARAH MEDIA CETAK 


Media Massa pada hakikatnya adalah alat atau perantara komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber berita kepada khalayak banyak. Media massa yang paling pertama dibuat didunia adalah Media Massa Cetak. Media massa cetak telah ada sejak lebih dari 200 tahun yang lalu, pertama diterbitkan pada abad ke-17 di Eropa dengan batuan mesin cetak yang dibuat oleh Johann Gutenberg yang selanjutnya berkembang hingga di Indonesia 

Sejarah Media Cetak di Indonesia di 6 Zaman, yaitu :
  1. Zaman Belanda

    Media massa cetak di Indonesia telah ada sejak tahun 1744. Telah dilakukan percobaan pertama untuk menerbitkan media massa dengan diterbitkannya surat kabar pertama pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff dengan nama Bataviasche Nouvelles tetapi hanya 2 tahun. Pada tahun 1828 diterbitkanlah Javasche Courant di Jakarta yang memuat berita-berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Mesin cetak pertama di Indonesia juga datang melalui Batavia (Jakarta) melalui seorang Nederland bernama W. Bruining dari Rotterdam yang kemudian menerbitkan surat kabar bernama Het Bataviasche Advertantie Blad yang memuat iklan-iklan dan berita-berita umum yang dikutip dari penerbitan resmi di Nederland (Staatscourant).Di Surabaya sendiri pada periode ini telah terbit Soerabajasch Advertantiebland yang kemudian berganti menjadi Soerabajasch Niews en Advertantiebland. Sedang di Semarang terbit Semarangsche Advertetiebland dan De Semarangsche Courant. Secara umum serat kabar-surat kabar yang muncul saat itu tidak mempunyai arti secara politis karena cenderung pada iklan dari segi konten. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar tiap harinya. Setiap surat kabar yang beredar haruslah melalui penyaringan oleh pihak pemerintahan Gubernur Jenderal di Bogor. Tidak hanya itu, surat kabar Belanda pun terbit di daerah Sumatera dan Sulawesi. Di Padang terbit Soematra Courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe. Di Makasar (Ujung Pandang) terbit Celebes Courant dan Makassarsch Handelsbland.Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda telah terbit sekitar 16 surat kabar dalam bahasa Belanda dan 12 surat kabar dalam bahasa Melayu seperti, Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar (terbit di Bogor), Selompret Melayu dan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan surat kabar berbahasa Jawa, Bromatani yang terbit di Solo.
  2. Zaman Jepang

    Saat penjajah berganti dan Jepang memasuki Indonesia, surat kabar-surat kabar yang beredar di Indonesia diambil alih secara pelan-pelan Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan penghematan namun yang sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang memperketat pengawasan terhadat isi surat kabar. Kantor Berita Antara diambil alih dan diubah menjadi kantor berita Yashima dengan berpusat di Domei, Jepang. Konten surat kabar dimanfaatkan sebagai alat propaganda untuk memuji-muji pemerintahan Jepang. Wartawan Indonesia saat itu bekerja sebagai pegawai sedang yang mempunyai kedudukan tinggi adalah orang-orang yang sengaja didatangkan dari Jepang. Salah satu surat kabar yang terbit pada masa ini adalah Tjahaja (ejaan baru Cahaya). Surat kabar ini sudah menggunakan Bahasa Indonesia dan penerbit berada di kota Bandung. Surat kabar ini terbit di Indonesia namun berisikan berita tentang segala kondisi yang terjadi di Jepang. Para pemimpinnya di antaranya adalah Oto Iskandar Dinata, R. Bratanata, dan Mohamad Kurdi. Pada tampilan tampak bahwa surat kabar tersebut bertuliskan tanggal 24 Shichigatsu 2604, yang pada penanggalan masehi sama dengan tanggal 24 Juli 1944.
  3. Zaman Orde Lama

    Setelah dikeluarkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 oleh presiden Soekarno, terdapat larangan terhadap kegiatan politik termasuk pers. Persyaratan untuk mendapat Surat Izin Terbit dan Surat Izin Cetak diperketat yang kemudian situasi ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk melakukan slowdown atau mogok secara halus oleh para buruh dan pegawai surat kabar. Karyawan pada bagian setting melambatkan pekerjaannya yang membuat banyak kolom surat kabar tidak terisi menjelang batas waktu cetak (deadline). Pada akhirnya kolom tersebut diisi iklan gratis. Hal ini menimpa surat kabar Soerabaja Post dan Harian Pedoman di Jakarta. Pada periode ini banyak terjadi kasus antara surat kabar pro PKI dan anti PKI.
  4. Zaman Kemerdekaan

    pemerintah Jepang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda pencitraan pemerintah, Indonesiapun melakukan hal yang sama untuk melakukan perlawanan dalam hal sabotase komunikasi. Edi Soeradi melakukan propaganda agar rakyat berdatangan pada Rapat Raksasa Ikada pada tanggal 19 September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno. Dalam perjalanannya, Berita Indonesia (BI) berulang kali mengalami pembredelan dimana selama pembredelan tersebut para pegawai kemudian ditampung oleh surat kabar Merdeka yang didirikan oleh B.M. Diah. Surat kabar perjuangan lainnya adalah Harian Rakyat dengan pemimpin redaksi Samsudin Sutan Makmr dan Rinto Alwi dimana surat kabar tersebut menampilkan “pojok” dan “Bang Golok” sebagai artikel. Surat kabar lainnya yan terbit pada masa ini adalah Soeara Indonesia, Pedoman Harian yang berubah menjadi Soeara Merdeka (Bandung), Kedaulatan Rakyat (Bukittinggi), Demokrasi (Padang) dan Oetoesan Soematra (Padang).
  5. Zaman Orde Baru

    Pada masa orde baru sangat menekankan pentingnya pemahaman tentang pers pancasila yang terdapat dalam rumusan dewan pers pada Desember 1984. Pada saat itu pers dimata negara memiliki peranan yang penting sebagai pendorong kesatuan nasionaal, walau saat itu pemerintah tidak menjamin dengan tegas kebebasan pers di Indonesia, hal ini terbukti dengan kontrol ketat pemerintah denan mendirikan dewan Pers dan PWI. Ada 3 hal yang dipakai oleh pers pada masa orde baru yaitu Eufimisme, Jurnalisme rekaman dan jurnalisme Amplop. Pada periode ini, surat kabar yang dipaksa untuk berafiliasi kembali mendapatkan pribadi awalnya, seperti Kedaulatan Rakyat yang pada zaman orde lama harus berganti menjadi Dwikora. Hal ini juga terjadi pada Pikiran Rakyat di Bandung. Bahkan pers kampuspun mulai aktif kembali. Namun dibalik itu semua, pengawasan dan pengekangan pada pers terutama dalam hal konten tetap diberlakukan. Pemberitaan yang dianggap merugikan pemerintah harus dibredel dan dihukum dengan dilakukan pencabutan SIUP seperti yang terjadi pada Sinar Harapan, tabloid Monitor dan Detik serta majalah Tempo dan Editor. Pers lagi-lagi dibayangi dalam kekuasaan pemerintah yang cenderung memborgol kebebasan pers dalam membuat berita serta menghilangkan fungsi pers sebagai kontrol sosial terhadap kinerja pemerintah. Pembredalanpun marak pada periode ini.
  6. Zaman Reformasi

    Suatu pencerahan datang kepada kebebasan pers, setelah runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Pada saat itu rakyat menginginkan adanya reformasi pada segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya yang pada masa orde baru terbelenggu. Tumbuhnya pers pada masa reformasi merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat. Kehadiran pers saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Dalam kerangka ini, pers telah memainkan peran sentral dengan memasok dan menyebarluaskan informasi yang diperluaskan untuk penentuan sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini publik dalam rangka mencapai konsensus bersama atau mengontrol kekuasaan penyelenggara negara. Selama ini telah dimainkan dengan baik oleh pers Indonesia. Setidaknya, antusias responden terhadap peran pers dalam mendorong pembentukan opini publik yang berkaitan dengan persoalan-persoalan bangsa selama ini mencerminkan keberhasilan tersebut. tahun 1998, pers Indonesia mengalami perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media baru cetak dan elektronik dengan berbagai kemasan dan segmen. Keberanian pers dalam mengkritik penguasa juga menjadi ciri baru pers Indonesia. 

Pers yang bebas merupakan salah satu komponen yang paling esensial dari masyarakat yang demokratis, sebagai prasyarat bagi perkembangan sosial dan ekonomi yang baik. Hal yang pertama dan utama, perlu dijaga jangan sampai muncul ada tirani media terhadap publik. Sampai pada konteks ini, publik harus tetap mendapatkan informasi yang benar, dan bukan benar sekadar menurut media. Pers diharapkan memberikan berita harus dengan se-objektif mungkin, hal ini berguna agar tidak terjadi ketimpangan antara rakyat dengan pemimpinnya mengenai informasi tentang jalannya pemerintahan. Pada Orde Reformasi setelah Soehartu mengundurkan diri dari jabatan nya sebagai presiden dan digantikan BJ. Habibie kebebasan jurnalistik bisa dibilang jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Dengan adanya penggantian Secara yuridis UUD pokok pers NO.21/1982 pun diganti dengan UU pokok pers NO.40/1999. Dengan undang-undang dan pemerintahan baru, siapapun bisa menerbitkan dan mengelola pers. Tak ada lagi kewajiban hanya menginduk kepada satu organisasi pers. Seperti di tegaskan pasal 9 ayat (1) undang-undang pokok pers NO.40/1999; setiap warga negara indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers. Pada pasal yang sama ayat berikutnya (2) ditegaskan lagi, setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum indonesia.

tengku fanny

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment